Perayaan di Bengkulu pertama kali dibawa oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685 dari India yang kemudian menikah dengan wanita Bengkulu lalu anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai Keluarga Tabot, dan sampai sekarang pun Tabot dibuat oleh keluarga Tabot. Upacara ini dilaksanakan selama 10 hari di bulan Muharram dari 1 sampai 10 Muharram setiap tahun.
Sejak tahun 1990 Budaya Tabot ditingkatkan menjadi Festival Wisata di Provinsi Bengkulu dan telah menjadi ciri Khas Bengkulu, yang diberi nama Festival Tabot. Setiap tahun Festival Tabot terus berkembang dan diisi dengan acara-acara kolosal seperti festival tari Tabot, telong-telong (Tengloleng atau Lampion dalam bahasa Cina), ikan-ikan, dan lomba dol (alat music khas Bengkulu), lomba tari, Lomba Barong Landong (mirip Ondel-Ondel Betawi) dan bahkan sekarang diadakan pemilihan Putra dan Putri Tabot.
Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa rangkain ritual budaya Tabot yang dilaksanakan mulai dari tanggal 1 sampai 10 Muharam.
1. Upacara Pengambilan Tanah
Upacara ini dilaksanakan pada malam hari sebelum tanggal 1 Muharram, sekitar pukul 20.00 WIB (setelah shalat Isya). Upacara Pengambilan Tanah dilakukan di dua tempat, yaitu di Pantai Nala dan Tapak Paderi. Upacara ini diartikan sebagai peringatan atau mengenang kembali manusia yang pada awalnya diciptakan dari tanah dan nantinya akan kembali menjadi tanah.
2. Upacara Duduk Penja
Upacara ini dilaksanakan selama dua hari, yakni pada tanggal 4 dan 5 Muharram pada pukul 16.00 WIB. ini dilakukan pada tanggal 5 Muharram. Penja adalah Pending Jari-Jari yang berbentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga serta disimpan diatas rumah sekurang-kurangnya selama satu tahun
3. Upacara Menjara
Upacara ini dilaksanakan malam hari tanggal 5 dan 6 Muharram mulai pukul 19.30 WIB. Menjara berarti “perjalanan panjang di malam hari”, upacara ini dimaksudkan untuk melakukan silahturakhmi atau konsolidasi. Pada malam pertama (tanggal 5 Muharram) kelompok Bangsal mengunjungi kelompok Imam dan pada malam kedua (tanggal 6 Muharram) kelompok Imam mengunjungi kelompok Bangsal dengan perlengkapan Dol dan Tassa.
4. Malam Arak Jari-Jari
Upacara ini dilakukan pada tanggal 7 Muharram pukul 19.30 malam. Malam Arak Jari-Jari dilaksanakan dengan menempatkan Penja yang sudah didudukkan di atas Tabot Coki, kemudian diarak untuk berkumpul di tanah lapang.
5. Malam Arak Sorban
Upacara ini diselenggarakan pada tanggal 8 Muharram pukul 16.00 WIB (setelah shalat Ashar), yakni mempersiapkan Seroban untuk diarak bersam-sama Penja (Jari-Jari) pada malam harinya.
6. Hari GAM
Hari GAM berlangsung pada tanggal 9 Muharram, dimulai pada pukul 06.00 WIB. Hari GAM berarti tidak boleh ada bunyi-bunyian sama sekali sampai Tabot Naik Pangkek.
7. Tabot Naik Pangkek
Pada pukul 14.00 WIB sesudah shalat Dhuhur tanggal 9 Muharram dilakukan acara Tabot Naik Pangkek. Tabot Naik Pangkek adalah kegiatan menyambungkan bangunan puncak Tabot dengan bangunan bagian Tabot Gedang di tempat pembuatannya.
8. Malam Arak Gedang
Pada tanggal 9 Muharram pukul 16.00 Tabot dibawa ke Gerga untuk Soja dan Penja dinaikkan ke atas Tabot sebelum diarak menuju tanah lapang untuk bersanding. Pada pukul 19.00 malam harinya Tabot sudah bersanding di tanah lapang, prosesi ini disebut Malam Arak Gedang.
9. Tabot Tebuang
Pagi hari pukul 08.00 WIB tanggal 10 Muharram Tabot kembali diarak untuk bersanding di tanah lapang. Setelah itu Tabot diarak menuju Kerabela (sebutan orang Bengkulu untuk Karballa). Sebelum diarak, seluruh Tabot menyembah terlebih dahulu kepada Tabot Imam dan Tabot Bangsal. Juru Kunci menyambut arak-arakan Tabot di pintu gerbang Kerabela. Lalu setelah itu arak-arakan Tabot menuju kompleks pemakaman Kerabela, dan di sini dilaksanakan upacara penyerahan Tabot kepada leluhur di makam Syahbedan Abdullah (ayahanda Syech Burhanuddin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar